• Thursday, October 27, 2016

    Hadapi MEA, Kalangan Gereja Berkumpul Bahas Lembaga Penjamin Pembiayaan dan Bisnis Tambal Ban

    Tobapos -- Gereja diminta mengembangkan lembaga penjamin jasa pembiayaan (multi finance) untuk mendorong perwujudan dan pengembangan usaha kecil menengah (UKM) masyarakat, khususnya bagi kalangan jemaat gereja atau para pendeta yang berjiwa wirausaha.

    Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) Wilayah Sumatera Utara, Pdt DR Jamilin Sirait dan Wakil Sekretaris Umum Pdt Hotman Hutasoit MTh selaku Plt Sekretaris Umum PGI Sumut, menyatakan kalangan gereja atau para pendeta (gembala sidang pemimpin gereja) maupun para calon pendeta, juga harus memiliki kemampuan dan menunjukkan kesiapan menghadapi era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), karena berinteraksi dengan hal-hal ekonomi dalam kehidupan sehari-hari.

    “Ada wacana dan peluang agar gereja-gereja atau komunitas Nasrani membentuk semacam lembaga pembiayaan untuk mendorong pertumbuhan dan peningkatan ekonomi masyarakat di kalangan gereja atau pendeta. Misalnya untuk menjamin agar lebih mudah memperoleh penyaluran kredit usaha kecil menengah (UKM) dengan mengurangi volume persyaratan atau agunan (kepada bank), juga untuk menjamin agar dana-dana kredit dari koperasi (CUM) termasuk yang dikelola gereja-gereja itu bisa tersalur efektif kepada anggota gereja yang memang benar-benar menjalankan usaha atau bisnisnya,” ujar Djamilin Sirait kepada pers di Medan, Kamis (20/10/2016), dilaporkan pelitabatak.com.

    Secara khusus Djamilin menyebutkan contoh kasus lembaga pembiayaan atau koperasi (CU) yang vakum dan maca, sehingga, jangankan mengembangkan usaha, mengembalikan dana masyarakat pun tak mampu lagi karena tidak adanya pihak atau lembaga penjaminan.
    “Bayangkan, karena tak ada pihak atau lembaga yang menjamin (untuk pembiayaan usaha), uang para pemodal, jadi tak jelas. Para korbannya kebetulan ada yang pendeta senior, uangnya dari CU itu belum dikembalikan sampai sekarang,” katanya prihatin sembari menyebutkan salah satu koperasi yang dikelola secara kerja sama dengan salah satu gereja besar di daerah ini.

    Dia mencetuskan hal itu ketika memaparkan konklusi seminar seusai pelaksanaan seminar ekonomi kerakyatan di kalangan gereja (pendeta dan jemaat), di aula PGI Wilayah Sumut. Seminar yang dipandu moderator Hotman Huitasoit itu menampilkan pembicara Junita Panjaitan mewakili Kadis Koperasi Propinsi Sumut dengan topik defenisi dan mekanisme pendirian koperasi, dan Drs Ads Franse Sihombing (wartawan SIB) selaku jurnalis pemerhati ekonomi, dengan topik Peran Gereja dalam Penggalangan Ekonomi Jemaat untuk Kesejahteraan Rakyat.

    Seminar itu diikuti 50-an peserta dari kalangan pendeta, calon-calon pendeta dan para penatua (Sintua) yang mayoritas kaum wanita (kaum ibu gereja) dari berbagai denominasi gereja. Sejumlah pendeta dan jemaat dari kalangan wanita gereja menyatakan minatnya di bidang wirausaha. Misalnya Pendeta BPH Sianturi STh MPd dari Gereja Gerakan Pantekosta (GGP) yang selama ini menjalankan bisnis jasa tempel ban dekat gerejanya.

    Demikian juga pendeta muda (Pdm) Sarah Zendrato MPd bersama suaminya Pdt E Butar-butar MPdK dari Gereja Tuhan di Indonesia (GTDI) yang sudah sempat menjalankan bisnis UKM di lingkungan Rutan Tanjung Gusta, berupa jasa perbaikan perabotan (kursi sofa, spring bed), merangkai bunga-bunga hias, dan jasa katering. Namun, bisnis mereka saat ini terkendala karena butuh dana tambahan modal.

    “Dari seminar ini para pendeta atau kalangan gereja termotivasi untuk berperan menggalang potensi ekonomi. Misalnya Pendeta Sianturi yang merespon peluang kembangkan bisnis membuka depot pulsa, kantin mini, jasa pangkas, gerai koran dan jasa cuci motor (door smeer) di samping  jasa tambal bannya. Konsumen sambil menunggui tambal ban, bisa sampil minum (ngopi), mengisi pulsa, pangkas atau baca koran. Tapi yang menarik dan hal baru dari seminar ini adalah peluang penggalangan ekonomi dan bisnis rakyat melalui potensi ’12 bakul sisa roti dan ikan’ yang selama ini menjadi misteri dan diungkap pembicara Ads Franse Sihombing, dari salah satu kisah di Alkitab (Matius 14, Markus 6, Lukas 9). Bahwa, ikan-ikan yang tersisa sebagai simbol potensi SDA atau hasil bumi, dan sisa roti sebagai simbol produk SDM atau kreasi manusia itu, ternyata merupakan potensi produk  yang bisa dan harus diolah untuk kebutuhan ekonomi umat,” ujar Hotman Hutasoit sembari mengakui nyaris tak ada ‘pihak’ yang mencermati ‘sisa ikan dan roti’ yang menjadi misteri selama ini.  (pelitabatak/adm)


    Adv: Yuk, Belanja Online di POP Shop
    loading...


    Tentang Kami

    Www.TobaPos.Com berusaha menyajikan informasi yang akurat dan cepat.

    Pembaca dapat mengirim rilis dan informasi ke redaksi.dekho@gmail.com

    Indeks Berita