Perdana Menteri Yaman yang sah Maeen Abdulmalik Saeed yakin negaranya akan segera bangkit dari krisis internal dalam waktu dekat.
Hal itu dia ungkapkan dalam sebuah presentasi ke Washington Center for Yemeni Studies yang dapat diakses melalui Youtube.
Sejak pemerintah terusir dari ibukota Sanaa oleh kelompok Houthi, praktis pemerintah harua membangun kembali beberapa lembaga keuangan seperti Bank Sentral dan kementerian untuk bisa bertahan hidup.
Beda dengan Houthi yang menguasai ibukota di mana semua perangkat dan infrastruktur negara sudah ada dan tinggal menjalankan.
Meski begitu, Maeen menjelaskan hampir tidak ada bantuan internasional ke pihak mereka kecuali deposit 2 miliar dolar AS dari Arab Saudi.
Pemerintah Yaman yang kini berpusat di Aden harus mencetak uang sendiri dari Rusia untuk menjalankan roda pemerintahannya.
Akibatnya, inflasi meningkat dan kini sudah menunjukkan tanda stabilitasi.
Jika melihat kasus Libya, hingga saat ini negara itu masih mempunyai dua bank sentral di Tripoli dan Benghazi. Upaya unifikasi membutuhkan waktu yang tidak sedikit.
Melihat prospek perdamaian yang masih jauh dari harapan, Yaman kemungkinan akan tetap mempunyai dua bank sentral antara Sanaa dan Aden.
Di Suriah, meski saat ini terdapat empat pemerintahan, posisi bank sentral hanya satu tetap di Damaskus di bawah pemerintahan Bashar Al Assad.
Sementara dua pemerintahan lainnya, oposisi SIG di Azaz dan pemerintahan penyelamat SG di Idlib kompak telah menggunakan mata uang lira Turki dalam menjalankan roda pemerintahan.
Dengan demikian, mata uang Suriah dapat secara de facto dianggap sebagai mata uang asing yang diperdagangkan di kedai penukaran uang.
Sementara itu pemerintahan SDC/AANES atau Qasad juga masih menggunakan mata uang yang diterbitkan oleh Damaskus.
No comments:
Post a Comment