Konflik antara Rusia dan Ukraina sudah berakhir sebelum terjadi sebuah insiden.
Awal tahun 2022, para pengamat menyatakan Vladimir Putin, Presiden Rusia sudah muncul sebagai pemenang.
Beberapa alasannya adalah:
1. Rusia berhasil memperkuat pasukannya di perbatasan yang sekarang berjumlah ratusan ribu.
2. Terdapat kepanikan di antara negara NATO yang pada ujungnya mempersulita masuknya Ukraina ke NATO.
3. Terdapat perpecahan di antara negara NATO seperti Ukraina yang jelas menyatakan tak akan terlibat dalam konflik tersebut. Jerman yang menjadi kekuatan utama NATO enggan berkonflik dengan Rusia karena takut padokan gasnya dihentikan serta Turki yang memilih untuk menjembatani perdamaian antara Ukraina dan Rusia.
4. Putin juga semakin disegani di pentas dunia karena sikap gigihnya untuk melakukan tekanan ke Ukraina. Dia sudah mendapatkan Krimea dan mendirikan dua negara proto Lugansk dan Donetsk pro Rusia sebagaimana terjadi di Georgia dengan lepasnya Abkhazia dan Ossetia Selatan.
Selain itu konflik ini telah membuat harga minyak dunia meningkat tajam hingga 90 dolar AS per barel sesuatu yang sangat diinginkan oleh Rusia yang merupakan penghasil migas.
Masih banyak kartu yang bisa dimainkan Putin jika tidak berhasil menekan Ukraina. Di antaranya memperkuat militer Iran yang bisa mengganggu keseimbangan kekuatan di Timur Tengah dan mendirikan pangkalan militer di Venezuela, Nicaragua, Honduras dan lain sebagainya di Benu Amerika yang berdekatan dengan AS.
Putin juga sebelumnya berhasil mengkangkangi kekuatan Perancis di Afrika dengan meningkatkan pengaruh Moskow di Mali, Chad, Burkina Faso, Niger dan lain sebagainya.
Banyak yang faham bahwa konflik dengan Ukraina bukanlah tujuan utama Putih kali ini. Namun dia ingin menantang hegemoni NATO secara luas.
Jika terjadi konflik, Rusia sebenarnya tidak takut dengan NATO karena dia mempunyai SCI dan CSTO sebagai penyeimbang sebagaimana ditunjukkan di Kazakhstan dan Belarusia belakangan.
No comments:
Post a Comment