Di tengah ketegangan politik dan militer yang terus berlangsung di Yaman, nama Tarik Saleh kembali mencuat sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh di pantai barat negara itu. Meski dikenal sebagai komandan militer yang tangguh, banyak pihak mulai mempertanyakan arah prioritas yang diambilnya. Pasalnya, wilayah yang kini berada di bawah kendalinya justru masih terjerat dalam kemiskinan akut dan ketergantungan pada bantuan kemanusiaan.
Wilayah-wilayah seperti Mukha, al-Khawkhah, Hays, Mawza', hingga beberapa distrik di selatan Hudaydah menjadi basis kekuatan Tarik Saleh. Populasi di kawasan ini diperkirakan mencapai 850 ribu hingga 1 juta jiwa. Ironisnya, mayoritas penduduk di daerah-daerah tersebut hidup di bawah garis kemiskinan, dengan ketergantungan pada perikanan tradisional, pertanian kecil, dan sektor informal yang rapuh akibat konflik.
Selama ini, perhatian Tarik Saleh lebih banyak tertuju pada arena militer dan manuver politik tingkat tinggi. Ketimbang membangun basis kekuatan melalui kesejahteraan rakyat, yang terjadi justru pembiaran terhadap kondisi sosial-ekonomi yang makin buruk di wilayahnya. Padahal, wilayah pantai barat Yaman memiliki potensi ekonomi besar berkat letaknya yang strategis di jalur perdagangan Laut Merah.
Potensi pelabuhan Mukha dan pelabuhan-pelabuhan kecil di sekitarnya bisa dimanfaatkan untuk membangun kembali ekonomi lokal. Sektor perikanan, agrikultur, hingga perdagangan antarwilayah seharusnya menjadi tumpuan utama dalam strategi pembangunan ekonomi pantai barat. Sayangnya, hingga kini belum ada upaya nyata dan terkoordinasi untuk mengentaskan kemiskinan yang menjerat rakyatnya.
Alih-alih membuka front perang baru melawan Houthi yang jelas membutuhkan logistik besar, Tarik Saleh justru sebaiknya memusatkan perhatian untuk memperbaiki infrastruktur dasar. Jalan penghubung antardistrik, sistem irigasi, jaringan listrik, dan pasokan air bersih menjadi kebutuhan mendesak yang tak kunjung terpenuhi bagi masyarakat setempat.
Banyak pengungsi internal (IDP) yang terpaksa bertahan di kamp-kamp darurat di sepanjang pantai barat. Mereka hidup dalam kondisi minim layanan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan tetap. Jika dikelola dengan baik, pemberdayaan IDP bisa menjadi kekuatan produktif yang menopang ekonomi lokal, sekaligus memperkuat posisi politik Tarik Saleh melalui basis rakyat yang loyal.
Saat ini, ketegangan antara Tarik Saleh dan Presiden Dewan Kepresidenan Yaman, Rashad al-Alimi, pun memuncak. Pernyataan dari kantor politik Tarik Saleh yang menyinggung soal dugaan marginalisasi perannya dalam diskusi politik di Aden, mengindikasikan adanya perselisihan yang lebih dalam dan kompleks. Situasi ini memperparah ketidakstabilan di dalam tubuh pemerintahan yang seharusnya bersatu menghadapi ancaman eksternal.
Selain itu, Tarik Saleh juga dihadapkan pada dilema pengaruh regional antara Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Posisi Tarik yang selama ini didukung penuh oleh Abu Dhabi mulai menimbulkan kekhawatiran di Riyadh. Persaingan dua kekuatan itu di tubuh Dewan Kepresidenan Yaman bisa berdampak buruk pada stabilitas nasional, termasuk di wilayah pantai barat.
Sebagai pemimpin militer yang juga menjabat anggota Dewan Kepresidenan, sudah semestinya Tarik Saleh memanfaatkan posisinya untuk memperjuangkan anggaran pembangunan wilayah pantai barat. Bukan sekadar membangun basis militer atau menyiapkan operasi, melainkan memastikan bahwa rakyat di wilayahnya bisa hidup lebih baik, dengan akses terhadap pendidikan, layanan kesehatan, dan pekerjaan.
Mengutamakan pembangunan ekonomi dan sosial justru dapat menjadi strategi politik jangka panjang yang lebih cerdas. Dengan menciptakan kawasan pantai barat yang stabil, produktif, dan mandiri, Tarik Saleh bisa menghadirkan contoh keberhasilan tata kelola wilayah pascakonflik di Yaman. Hal ini tentu akan memperkuat bargaining politiknya di kancah nasional.
Proyek-proyek vital seperti penyediaan air bersih untuk kota Taiz, perbaikan pelabuhan Mukha, hingga pembukaan lapangan kerja berbasis sektor perikanan dan agrikultur harus diprioritaskan. Pendekatan ini juga bisa meredam ketegangan dengan kelompok-kelompok perlawanan lokal di Taiz yang selama ini merasa diabaikan oleh pemerintah pusat maupun elit militer.
Tarik Saleh seharusnya menyadari bahwa keberhasilan militer tanpa kesejahteraan rakyat hanyalah kemenangan semu. Kawasan pantai barat yang subur dan strategis perlu dibebaskan dari jerat konflik berkepanjangan dan dimanfaatkan sebagai pusat ekonomi regional, bukan medan perang tanpa akhir.
Bila Tarik mampu memperbaiki kehidupan warganya, maka pengaruhnya akan tumbuh secara alami dan mendapatkan legitimasi dari rakyat, bukan sekadar bergantung pada dukungan eksternal dari luar negeri. Stabilitas yang lahir dari kemakmuran rakyat akan jauh lebih kuat daripada dominasi militer semata.
Yaman tak butuh lagi peperangan horizontal antarkomandan, melainkan sosok pemimpin yang berani keluar dari pola lama dan menata ulang prioritas. Tarik Saleh, dengan segala kekuatan dan akses yang dimilikinya, seharusnya menjadi figur pembaharu di wilayah pantai barat yang bisa memperlihatkan bahwa membangun perdamaian dan kesejahteraan lebih penting daripada sekadar adu senjata.
Kini, bola berada di tangan Tarik Saleh. Apakah ia akan tetap memilih jalan senjata, atau mulai menulis lembar baru tentang kebangkitan ekonomi pantai barat? Warga Mukha, al-Khawkhah, Hays, Mawza' dan seluruh pengungsi di kawasan itu pantas mendapat jawaban segera, bukan janji di antara bunyi letusan senapan.
No comments:
Post a Comment