Pemerintahan interim Suriah (SIG) menggiatkan pembangunan huntara atau hunian sementara semi permanen bagi pengungsi Suriah yang masih banyak tinggal di tenda-tenda.
Pembangunan kali ini berlangsung di kota Al Bab dengan bantuan pemerintahan Turki.
Akselerasi repatriasi pengungsi Suriah menjadi prioritas mengingat semakin tingginya sentimen anti imigran di Turki yang dapat mengganggu stabilitas keamanan. Biasanya dipicu oleh tawuran antar pengungsi dan warga lokal yang berujung pengusiran.
Bantuan pembangunan huntara tidak saja diberika oleh pemerintah Turki tapi juga LSM-nya. IHH dari Turki misalnya mempunyai program pembangunan 10 ribu huntara yang di dalam termasuk fasilitas pendidikan seperti universitas.
Pakistan, Kuwait, Qatar dan lain sebagainya juga mempunyai program pembangunan perumahan semi permanen untuk pengungsi Suriah.
Pemerintahan SIG merupakan paling lemah secara finansial di antara pemerintahan lainnya, namun diakui oleh PBB sebagai representasi oposisi (SOC/SNC).
Sementara itu pemerintahan SDC/AANES di Timur Suriah lebih stabil secara finansial karena menguasai 70 persen ladang migas Suriah sebagian besar diakuisisi dari ISIS.
Pemerintahan penyelamat Suriah (SSG) juga memiliki dana karena berpusat di Idlib yang menjadi ibukota provinsi yang ekonominya relatif berjalan normal dibanding SIG yang pada dasarnya adalah perkampungan kamp pengungsi.
Di pihak lain, pemerintahn rejim Bashar Al Assad walau hanya menguasai 20 persen cadangan migas masih mempunyai infrastruktur ekonomi yang didukung oleh Iran, Irak, Mesir, Lebanon, Yordania dan Rusia meski didera sanksi ekonomis Kaisar dari AS.
No comments:
Post a Comment