Rusia dilaporkan mengakhiri masa tugas kapal selam kelas Typhoon terakhir mereka yang sempat ditakuti di era perang dingin.
Pembongkaran kapal selam yang mempunyai fasilitas kolam renang ini akan memakan waktu karena harus terlebih dahulu mempreteli reaktor nuklirnya.
Banyak warganet yang menyayangkan diakhirinya tugas kapal selam terbesar di dunia ini mengingat Rusia belum memiliki kapal selam pengganti dengan ukuran sama.
Pasca jatuhnya Uni Soviet, Rusia yang mewarisi semua sistem persenjataanya kewalahan mengoperasikan semua persenjataan berat Soviet.
Bahkan Ukraina negara kedua terbesar Uni Soviet dari segi warisan militer akhirnya menjual kapal induk mereka ke Tiongkok yang akhirnya diubah menjadi Liaoning cikal bakal kapal induk pertama Tiongkok.
Banyak yang berpendapat sebaiknya Rusia menghibahkan kapal selam Typhoon mereka ke negara sahabat seperti Belarusia, India, Iran atau lainnya.
Namun, langkah ini tidak diambil oleh Rusia. Sebagaimana diketahui sebagian kapal selam nuklir eks Soviet telah disewakan ke India.
Hal yang sama juga disayangkab oleh warganet ke sejumlah kapal induk AS yang diakhiri masa tugasnya. Mengapa tidak dihibahkan saja ke negara sahabat mereka seperti Australia, Selandia Baru atau lainnya? Padahal bukan hal yang asing jika sebuah negara menghibahkan alutista usang mereka ke negara sahabt mereka dalam hal ini untuk menangkal pengaruh Tiongkok.
Namun AS dan Rusia sepertinya mempunyai pertimbangan yang lain. Artinya kedua negara adi daya ini belum mau untuk bertindak yang bisa mengubah status quo. Sehingga dapat disebut bahwa koar-koar AS mengenai ancaman Tiongkok di kawasan Pasifik tidak dibarengi dengan keinginan memperkuat negara sahabat mereka di Pasifik dari segi militer.
No comments:
Post a Comment