• Saturday, November 19, 2022

    Restrukturisasi Pasukan Nasional Suriah (SNA), Upaya Terakhir Turkiye Cuci Piring AS Dkk di Konflik Suriah

    Pihak Turki/Turkiye sebagai salah satu negara guarantor selain Rusia dan Iran menyetujui rencana pemerintahan sementara Suriah (SIG) merestrukturisasi Tentara Nasional Suriah (SNA) di Suriah utara yang berafiliasi ke Koalisi Oposisi Suriah (SNC/SOC).

    SNA telah lama menderita persaingan antar faksi setelah dibubarkannya FSA. Persaingan itu menyebabkan pecahnya perselisihan berdarah antara faksi oposisi, yang memerlukan intervensi Ankara.

    Restrukturisasi ini dimulai pada Sabtu, minggu lalu saat Menteri Pertahanan di "Pemerintahan Sementara Suriah (SIG)", Brigadir Jenderal Hassan Hamadeh, menunjuk Fahim Issa sebagai komandan Korps Kedua di SNA sebagai langkah awal untuk mengatur situasi menjadi tiga korps di SNA.


    Issa, komandan divisi "Sultan Murad", berasal dari kota Al-Rai, yang berpenduduk mayoritas Turkmenistan dan terletak di perbatasan Suriah-Turki. Kemarin, Minggu, Menteri Dalam Negeri Turki Suleiman Soylu mengunjungi kawasan industri di kota Al-Rai.

    Korps Kedua dikembalikan dalam dua faksi yang terdiri dari Divisi Sultan Suleiman Shah, yang dikenal sebagai "Al-Amshat", dan Divisi "Hamza", yang dikenal sebagai "Al- Hamzat" setelah sebelumnya dipisahkan.

    Sementara "Gerakan Pembebasan dan Pembangunan", yang meliputi faksi "Ahrar al-Sharqiya", "Jaish al-Sharqiya", "Divisi 20", dan "Suqour al-Sham" (sektor utara), mulai membubarkan diri, dalam implementasi rencana Turki yang disampaikan kepada faksi oposisi awal November ini, pada pertemuan yang diadakan di Gaziantep, Turki selatan.
    Semua faksi dan formasi oposisi yang tidak diakui harus dibubarkan dan sedang  dalam proses membubarkan dinas keamanan mereka untuk membentuk satu aparat keamanan yang terkait dengan Kementerian Pertahanan dalam pemerintahan sementara, yang menurut rencana Turki, diharapkan memiliki keputusan- membuat otoritas di Suriah utara. Itu menegaskan bahwa faksi oposisi telah mulai menyerahkan tahanan mereka kepada Polisi Militer Tentara Nasional.

    Turki harus mendisiplinkan puluhan kelompok pejuang eks FSA yang sebelumnya dibentuk AS dkk dan ditinggal begitu saja menjadi liar. Tidak mudah mencuci 'piring kotor' yang ditinggal AS dkk.

    AS dkk sendiri kini lebih fokus mendanai dan membina SDF, kelompok pejuang Kurdi yang didominasi oleh YPG. Kelompok YPG dianggap oleh Turki sebagai sempalan PKK yang masuk dalam daftar organisasi teroris di Turki dan Eropa.

    Kekuatan pasukan SDF kini diperkirakan sekitar 100 ribu personel dan menjadi yang kedua terkuat di Suriah selain pasukan pemerintahan Bashar Al Assad.

    SDF mempunyai pemerintahan di Timur Suriah bernama SDC/AANES yang sering disebut Qasad.

    Meski hanya menguasai 1/3 wilayah Suriah namun mereka memiliki 70 persen cadangan migas Suriah.

    AS dkk juga mempunyai milisi di pangkalan Al Tanf di dekat kamp pengungsi Al Rukban. Belakangan milisi ini bertukar nama menjadi FSA kembali dari sebelumnya Maghawir Al Thaura.

    FSA Al Tanf tidak tunduk ke Qasad maupun SIG apalagi ke Damaskus dan Idlib (pemerintahan penyelamat Suriah/SG) sehingga secara de facto mereka menjadi pemerintahan mandiri di Al Rukban di perbatasan antara Suriah, Yordania dan Irak.

    Jumlah milisi FSA Al Rukban sekitar 4.000 personel namun memiliki warga pengungsi sekitar 50 ribu jiwa.

    loading...


    Tentang Kami

    Www.TobaPos.Com berusaha menyajikan informasi yang akurat dan cepat.

    Pembaca dapat mengirim rilis dan informasi ke redaksi.dekho@gmail.com

    Indeks Berita