Pada Selasa 24 April 2025, Ketua Dewan Kepresidenan Yaman, Rashad al‑Alimi, menegaskan bahwa pasukan pemerintah—termasuk semua unit militer dan keamanan—telah siap berjuang dalam apa yang disebut “pertempuran penebusan” untuk melawan kelompok Houthi, yang memerintah di Sanaa. Pernyataan ini sekaligus menegaskan kesiapan moral jika terjadi eskalasi penuh.
Secara militer, kekuatan Houthi dan pemerintah Yaman sangat timpang. Houthi menguasai industri pertahanan mapan di Sanaa, mampu memproduksi drone, rudal balistik, dan sistem pertahanan udara. Mereka juga mengoperasikan jet F‑5 dan MiG‑29 dari pangkalan Al‑Dailami, serta helikopter Mi‑17. Sebaliknya, angkatan udara pemerintah hampir raib; jet tempurnya sudah musnah atau tidak operasional akibat serangan udara koalisi, hanya menyisakan beberapa helikopter dan pesawat usang .
Kini pemerintah Yaman tak lagi memiliki jet tempur, hanya mengandalkan helikopter untuk operasi terbatas. Hal ini semakin memperlemah kemampuannya melakukan serangan udara taktis atau strategis. Sementara Houthi, memanfaatkan fasilitas pertahanan domestik, bisa merancang dan meluncurkan rudal serta drone canggih, bahkan menyasar kapal perang di Laut Merah .
Dari segi jumlah personel, Angkatan Bersenjata Yaman yang loyal ke PLC diperkirakan sekitar 66.700 tentara aktif sebelum konflik. Namun, keberadaan Houthi di Sanaa juga didukung oleh bagian signifikan dari angkatan darat dan cadangan, sehingga kekuatan lapangan mereka bahkan lebih besar lagi.
Angkatan laut Pemerintah Yaman tergolong lemah. Tidak disebutkan kapal selam atau fasilitas peralatan mutakhir. Sementara Houthi mampu melancarkan serangan laut terbatas—terutama dengan drone laut dan rudal pantai—sering kali mengancam rute pelayaran di Bab al‑Mandab.
Secara strategis, Houthi lebih unggul dalam pertahanan udara dan sistem senjata jarak jauh, sementara pemerintah hanya mengandalkan helikopter serang dan pertahanan lapis udara dari koalisi udara, bukan kemampuan mandiri.
Rashad al‑Alimi, dalam pertemuan di Riyadh, malah meminta agar seluruh negara anti‑Houthi bersatu dan memperkuat dukungan ke pemerintah Yaman. Ia juga mengapresiasi peran Saudi dan UAE dalam dukungan ekonomi dan kemanusiaan, menegaskan pasukan pemerintah tetap bertahan, “siap maju di medan pertempuran”, utamanya mempertahankan pembayaran gaji pegawai dan arus logistik.
Jika perang total meletus, Houthi diprediksi akan mendominasi medan udara dan pertahanan, mampu melakukan serangan strategis dan bertahan lama. Pemerintah hanya akan tergantung pada dukungan udara eksternal—koalisi udara. Tanpa jet tempur dan sistem pertahanan modern, kemungkinannya memenangkan perang udara sangat minim.
Namun, kekuatan darat dan moral rakyat pro‑pemerintah tetap bisa memberi perlawanan sengit—terutama di wilayah selatan dan Marib—jika didukung logistik dan koordinasi politik kuat. Tapi untuk menang mutlak, mereka harus segera membangun angkatan udara dan industri pertahanan domestik.
Houthi di Sanaa menonjol bukan hanya militer, tapi mampu merancang produksi massa: rudal, drone, dan pertahanan laut serta udara. Ini menandakan industri militer mereka jauh lebih kuat daripada pemerintah yang hanya mengandalkan bantuan eksternal.
Angkatan laut Houthi juga lebih agresif. Mereka telah mengancam kapal dagang dan kapal perang di kawasan pelayaran strategis. Pemerintah hanya punya sedikit kapal penjaga pantai dan dukungan koalisi maritim internasional.
Karena itu, pemerintahan Yaman harus segera membangun kekuatan udara sendiri, menghidupkan kembali armada jet tempur dan memperkuat pertahanan udara melalui dukungan internasional dan industri domestik.
Secara keseluruhan, dalam konflik udara-maritimalia, Houthi jelas unggul karena fasilitas dalam negeri dan industrialisasi senjata. Pemerintah akan bergantung penuh pada dukungan asing—yang tak selalu pasti.
Rashad al‑Alimi yang menyatakan kesiapan berperang menegaskan eksistensi kesatuan politik dan kekuatan militer tersisa pemerintah. Tapi tanpa jembatan udara sendiri, ambisinya hanya akan jadi wacana belaka.
Kesimpulannya, jika perang total menyala, kemenangan akan banyak ditentukan oleh siapa cepat membangun industri pertahanan independen dan angkatan udara efektif. Saat ini, itu masih di tangan Houthi. Pemerintah Yaman harus segera bangkit atau menghadapi kemungkinan kalah mutlak jika konflik melebar.
No comments:
Post a Comment