Belakangan, perlombaan senjata telah menjadi tren di Asia Pasifik khusudnya pengembangan kapal induk oleh Tiongkok, Korsel, Jepang bahkan Singapura.
Singapura akan menjadi salah satu negara terkuat secara militer sesaat F-35 B pesawat siluman mereka mendarat di kapal induk helikopter yang sedang dibangun.
Adalah menjadi keharusan bagi Indonesia untuk tetap mempertahakan keseimbangan kekuatan agar tidak terlalu jomplang.
Di Indonesia, PT PAL telah menghadirkan konsep kapal induk heli menggunakan teknologi tanker.
Konsep itu sangat menggembirakan, namun sayangnya tidak langsung diadopsi oleh pemerintahan SBY saat itu dan memilih membeli kapal LPD dari Korsel dengan alih teknologi.
Untuk saat ini, sangat sulit bagi Indonesia untuk mendorong PT PAL membangun kapal induk karena itu akan berhubungan dengan penganggaran besar yang mesti diserujui DPR, kapasitas PT PAL yang bisa saja sudah penuh atau overkapasitas.
Namun masih ada cara bagi TNI untuk bisa mengimbangi peningkatan kekuatan angkatan laut regional.
Yaitu dengan mengkonversi salah satu kapal roro menjadi kapal induk atau paking tidak menjadi 'sea base' yang mampu mengangkut helikopter, drone, pertahanan udara dan persenjataan ringan lainnya.
Selain menjadi sea base kapal ini juga bisa menjadi kapal logistik untuk mendukung operasi TNI AL di berbagai tempat.
Pilihan berikutnya adalah dengan memesan kapal SPB atau Self Propelled Barge dari perusahan galangan kapal swasta dalam maupun luar negeri.
Kapal SPB ini telah banyak digunakan di Indonesia khususnya oleh tambang batu bara.
Dengan memiliki kapal SPB dengan kapasitas minimal 20 ribu ton, penampakan sudah seperti kapal Induk dengan mengubah anjungan ke sebelah kiri.
Salah satu perusahana swasta yang memproduksi atau memiliki SPB adalah PT PATRIA ANDROMEDA 1, PT Indo Tri Kirana dll
Dengan memiliki SPB ini, TNI AL dapat terus mengasah kemampuan (sebagai kapal latih) sebelum akhirnya Indonesia benar-benar memiliki kapal induk beneran.
No comments:
Post a Comment