Tobapos -- Dakwah menggunakan media sosial berbagi video, Youtube, sudah jamak dilakukan oleh para ulama dan tokoh agama.
Namun dakwah menggunakan bahasa Batak, khususnya, bahasa Batak Toba, masih jarang dilakukan.
Walaupun, sebenarnya, para alim ulama, pemuka dan ustadz di berbagai derah dan kelahiran bonapasogit sudah sering melakukannya secara offline.
Adalah Buya Ali Akbar, Rais Syuriyah PBNU, Pengasuh Pondok Pesantren Al Kautsar Al Akbar, Medan, Sumatera Utara, yang mempelopori iktikad baik tesebut. Diharapkan para pengguna Youtube berbahasa Batak akan dapat mengambil faedah dan manfaat.
Seperti yang ditampilkan video di bawah ini, pengasuh lembaga pendidikan favorit itu tampil memberi tausiyah menggunakan bahasa Batak.
Tausiyah diselenggarakan dalam rangka menyambut kedatangan Adindanya Tuan Guru Mahmun Syarief (Pajuber Marbun/Op. Sultan/Thaha Marbun) dan murid Buya, H. Julkifli Marbun, MA (Baca di Sini), alumni ke-3 Pesantren Al Kautsar Al Akbar Medan.
Tuan Guru Mahmun Syarief (Baca di Sini) merupakan alumni Pesantren Musthofawiyah Purba Baru seperti halnya Buya Ali Akbar Marbun.
Namun dakwah menggunakan bahasa Batak, khususnya, bahasa Batak Toba, masih jarang dilakukan.
Walaupun, sebenarnya, para alim ulama, pemuka dan ustadz di berbagai derah dan kelahiran bonapasogit sudah sering melakukannya secara offline.
Adalah Buya Ali Akbar, Rais Syuriyah PBNU, Pengasuh Pondok Pesantren Al Kautsar Al Akbar, Medan, Sumatera Utara, yang mempelopori iktikad baik tesebut. Diharapkan para pengguna Youtube berbahasa Batak akan dapat mengambil faedah dan manfaat.
Seperti yang ditampilkan video di bawah ini, pengasuh lembaga pendidikan favorit itu tampil memberi tausiyah menggunakan bahasa Batak.
Tausiyah diselenggarakan dalam rangka menyambut kedatangan Adindanya Tuan Guru Mahmun Syarief (Pajuber Marbun/Op. Sultan/Thaha Marbun) dan murid Buya, H. Julkifli Marbun, MA (Baca di Sini), alumni ke-3 Pesantren Al Kautsar Al Akbar Medan.
Tuan Guru Mahmun Syarief (Baca di Sini) merupakan alumni Pesantren Musthofawiyah Purba Baru seperti halnya Buya Ali Akbar Marbun.
Sedangkan Julkifli merupakan alumni India usai mondok di pesantren. Di India, dia mendalami ilmu agama dan mendapat beberapa ijazah sanad hadits dari ulama terkemuka India.
Di antaranya, ijazah sanad hadits dari Maulana Anzar Shah Kashmiri Alqasimi (Lihat di Sini) yang menguasai kitab Shahih Bukhari, ijasah sanad hadits dari Hadhrat Maulana Khursheed Alam, ulama Syaikhul Hadits dari India (Baca di Sini), yang menguasai Sunan at-Tirmidzi dan lain sebagainya.
Dalam tausiyah tersebut, Buya Ali, menjelaskan pentingnya menjadi Muslim yang kuat dan mampu, perlunya menerapkan sikap ikhlas dan tanpa pamrih dalam ibadah dan keistimewaan mencintai orang tua sebagai amalan yang harus diterapkan oleh murid-muridnya.
Diharapkan, dengan munculnya video Buya Ali Akbar berbahasa daerah ini akan menimbulkan gairah para dai untuk menyampaikan rekaman tausiyah dalam dunia maya sehingga menjangkau pengguna yang lebih luas.
Selain itu, dakwah dengan bahasa daerah akan dapat memperkuat Islam Nusantara yang lebih mudah dipahami oleh masyarakat lokal.
Seorang penonton video ini mengatakan bahwa langkah Buya berdakwa dengan bahasa Batak merupakan sesuatu yang unik.
"Murid-muridnya dan alumni pesantren Buya, harus ikut menyebarkan dakwah ini di media sosial, seperti kami di Daurnnajah," kata Neni Kurniati, alumni Pesantren Darunnajah di Jakarta, kepada www.tobapos.com, beberapa saat yang lalu.
Kata dia, setiap kali tausiyah dari KH Mahrus, pengasuh pesantren tersebar, para alumni langsung akan men-sharenya di facebook, twitter, whatsapp dan berbagai platform media sosial lainnya.
Menurut ibu tiga anak yang berdomisili di Penang, Malaysia ini, posisi alumni sebuah pesantren adalah ikut serta mengharumkan nama almamater dengan karya terbaik dan membantu menyebarkan kebaikan agar pesantren menjadi bagian dalam menyebarkan visi 'rahmatan lil alamin'. (adm)
Di antaranya, ijazah sanad hadits dari Maulana Anzar Shah Kashmiri Alqasimi (Lihat di Sini) yang menguasai kitab Shahih Bukhari, ijasah sanad hadits dari Hadhrat Maulana Khursheed Alam, ulama Syaikhul Hadits dari India (Baca di Sini), yang menguasai Sunan at-Tirmidzi dan lain sebagainya.
Dalam tausiyah tersebut, Buya Ali, menjelaskan pentingnya menjadi Muslim yang kuat dan mampu, perlunya menerapkan sikap ikhlas dan tanpa pamrih dalam ibadah dan keistimewaan mencintai orang tua sebagai amalan yang harus diterapkan oleh murid-muridnya.
Diharapkan, dengan munculnya video Buya Ali Akbar berbahasa daerah ini akan menimbulkan gairah para dai untuk menyampaikan rekaman tausiyah dalam dunia maya sehingga menjangkau pengguna yang lebih luas.
Selain itu, dakwah dengan bahasa daerah akan dapat memperkuat Islam Nusantara yang lebih mudah dipahami oleh masyarakat lokal.
Seorang penonton video ini mengatakan bahwa langkah Buya berdakwa dengan bahasa Batak merupakan sesuatu yang unik.
"Murid-muridnya dan alumni pesantren Buya, harus ikut menyebarkan dakwah ini di media sosial, seperti kami di Daurnnajah," kata Neni Kurniati, alumni Pesantren Darunnajah di Jakarta, kepada www.tobapos.com, beberapa saat yang lalu.
Kata dia, setiap kali tausiyah dari KH Mahrus, pengasuh pesantren tersebar, para alumni langsung akan men-sharenya di facebook, twitter, whatsapp dan berbagai platform media sosial lainnya.
Menurut ibu tiga anak yang berdomisili di Penang, Malaysia ini, posisi alumni sebuah pesantren adalah ikut serta mengharumkan nama almamater dengan karya terbaik dan membantu menyebarkan kebaikan agar pesantren menjadi bagian dalam menyebarkan visi 'rahmatan lil alamin'. (adm)
No comments:
Post a Comment