Pemerintahan SDC/SDF/AANES Suriah meminta pasukan rejim Bashar Al Assad untuk menggunakan sistem pertahanan udara melawan Turki yang berniat merebut Tel Rifaat dan Manbij.
Meski mendapat pasokan senjata panggul anti pesawat dari AS dkk, pasukan SDF berharap pasukan rejim ikut mempertahankan Manbij.
Sementara itu, pasukan rejim Bashar Al Assad yang tidak mengakui pemerintahan SDC/SDF/AANES menyerukan pasukan SDF untuk keluar dari Tel Rifaat dan Manbij dan menyerahkan kontrol kedua kota tersebut kepada Damaskus.
Ini sudah lama menjadi permintaan pasukan Assad namun tidak dikabulkan pemerintahan SDC/SDF karena keberadaan pangkalan militer AS di sekitar kota.
Pasukan Assad tentunya tidak ingin dijadikan 'budak' oleh pemerintahan SDC/SDF namun tetap harus mempertahankan wilayah tersebut untuk menghormati kesepakatan Rusia dengan SDF.
Sementara itu, walau Presiden Tayyip Erdogan sudah mengumumkan akan segera memulai operasi membentuk zona aman di Suriah belum juga menurunkan pasukannya.
Pasukan Turki memang terlihat didrop ke perbatasan wilayah pemerintahan SIG Suriah namun hanya memberikan dukungan artileri kepada pihak SNA militernya SIG di garis depan pertempuran.
Jika pasukan SNA dan militer rejim berhadapan hal itu tidak menjadi persoalan besar karena secara de facto konflik keduanya masih ada.
SNA merupakan metamorfosa pasukan FSA yang pernah berjaya menguasai hampir 60 persen Suriah sebelum dikalahkan ISIS di berbagai fron.
Mereka akhirnya tersudut di utara Suriah dan melakukan reorganisasi di bawah pemerintahan SIG Suriah yang masih di bawah otoritas oposisi SOC/SNC.
Sementara itu warga pengungsi dari Tel Rifaat dan Manbij mendukung pasukan SNA merebut kembali kedua wilayah tersebut agar mereka dapat kembali ke rumah masing-masing.
Di antaranya juga ikut bertempur di garis depan untuk membebaskan kota mereka dari penguasaan SDF yang dikendalikan YPG. YPG dianggap Turki sebagai cabang PKK yang dianggap termasuk dalam kelompok teroris.
No comments:
Post a Comment