Di satu minggu ini terdapat dua peristiwa yang sedang ditunggu-tunggu publik dunia khususnya warga net di media sosial.
Pertama adalah peluncuran perdana roket Starship SpaceX ke orbit dan pembentukan pemerintahan inklusif Taliban di Afghanistan.
Berikut beberapa alasannya
Roket Starship
Elon Musk yang menjadi pemilik SpaceX selalu menjanjikan bahwa roket terbesar saat ini Starship akan segera meluncur ke orbit untuk pertama kali.
Namun, jadwal peluncurannya selalu tidak pasti kecuaki dengan jawaban; minggu ini akan meluncur.
Beberapa youtuber bahkan menyiarkan secara langsung proses perakitannya di Starbase AS.
Alasan peristiwa ini sangat ditunggu adalah jika Starship mengorbit ke antariksa dengan baik, maka SpaceX akan terus berakselerasi meluncurkan roketnya ke Bulan dan Mars.
Impian membangun stasiun antariksa di Bulan akan semakin kenyataan bagi AS.
Namun jika peluncurkan prototipe pertama ini gagal, maka untuk selanjutnyabl bakal butuh waktu yang lama untuk mewujudkan impian di atas.
Sebelumnya, SpaceX telah menguji coba Starship dalam beberapa serial. Dan sekian banyak itu hanya satu yang berhasil mendarat dari ketinggian 10 meter.
Namun itu dirasa oleh Elon Musk sudah cukup untuk mengembangkan tipe sebagaimana yang dirancang.
Karena ujicoba akan dilakukan melewati orbit, maka butuh waktu lama untuk memasang keramik tahan panas di tubuh roket.
Perlu kehati-hatian karena roket ini akan melewati Afrika, Asia dan kemudian diperkirakan akan mendarat di lepas laut dekat Hawaii.
Seperti biasa, sembari menunggu roketnya selesai, Elon Musk kembali memasarkan impiannya membangun robot humanoid bernama Tesla Bot. Namun beberapa media menyebutnya hanya bagian dari marketing mobil listri Teslanya.
Walau begitu, jika robot humanoid ini dapat diproduksi sesuai dengan keinginan Musk, maka bukan tak mungkin akan menjadi robot astronot pertama ke Mars.
Pemerintahan Inklusif Taliban di Afghanistan
Hal berikutnya yang paling ditunggu adalah pembentukan pemerintahan inklusif Afghanistan yang kini dikuasai Taliban.
Walau sampai saat ini berbagai posisi jabatan penting sudah dipegang sementara oleh kader Taliban seperti menteri, gubernur, direktorat kementerian, bupati dan lain sebagainya, namun masih banyak yang penasaran siapa yang akan jadi presiden atau pemimpin tertinggi.
Sebuah kejutan belakangan dimunculkan bahwa sebuah dewan yang belum disebut nama lembaganya beranggotakan 12 orang akan menjadi penanggung jawab pemerintaha.
Di dalamnya terdapat Mulla Baradar dan beberapa anggota Taliban. Juga masuk adalah Hamid Karzai mantan presiden Afghanistan, Abdullah Abdullah mantan keetua tim negosiator perdamaian pada pemerintahan sebelumnya dan Gulbuddin Hekmatyar, pimpinan salah satu parpol di era sebelumnya.
Lalu siapa yang akan menjadi presiden? Bukankah Mulla Baradar sebelumnya sudah terlanjur disebut berbagai pihak merupakan presiden de facto Afghanistan?
Yang membuat banyak penasaran adalah bentuk pemerintah ini akan menentukan apakah Taliban akan lama memerintah atau tidak.
Sebelumnya kelompok milisi anti-Taliban menyatakan bahwa pihaknya siap perang jika tidak masuk dalam pemerintahan inklusif tersebut.
Bahkan mantan wapres Amrullah Saleh memprediksi Taliban hanya bertahan memerintah dalam beberapa bulan saja.
Dia yakin, selain masalah bentuk pemerintahan Takiban juga mendapat rintangan soal eksistensi ISIS-K.
ISIS-K merupakan entitas organisasi yang misterius hang menurut Pakistan merupakan proksi dari India atau RAW-NDS Nexus.
Raw adalah bandan intelijen India dan NDS adalah eks intelijen pemerintagan Afghanistan sebelumnya.
Walau semua mata dunia tertuju pada langkah berikutnya dari pemerintahan Taliban, namun banyak juga yang menilai bahwa sebenarnya Taliban tidak sedang tergesa-gesa untuk membentuk pemerintahan.
Dalam kondisi ekonomi dunia yang tidak menentu di era pandemi Covid-19 sekarang, pembentukan pemerintahan yang bertujuan untuk mencari legitimasi dunia internasional tidak terlalu diperlukan.
Taliban hanya perlu mempertahankan status quo saat ini, karena toh luar tak akan mudah mengakui Taliban.
Beberapa pengamat menilai bahkan Afghanistan di bawah Taliban keluar saja dari PBB sebagaimana Swiss dkk dan mengadopsi keuangan kripto.
Artinya, meski banyak pihak yang penasaran bentuk dan komposisi pemerintahan inklusif yang diinginkan, pihak Taliban sepertinya tidak sedang tergesa-gesa untuk mengumumkan hasilnya sampai semua pihak di internal Afghanistan menyetujuinya.
No comments:
Post a Comment