Tobapos -- Setelah pekan lalu beradu pandangan dan wawasan terkait perekonomian, pekan ini, kedua calon presiden yang akan bersaing dalam pemilihan umum presiden pada 9 Juli 2014, yaitu Prabowo Subianto dan Joko Widodo, menyampaikan gagasan maupun ide terkait politik internasional dan ketahanan nasional.
Dengan moderator Hikmahanto Juwana, kedua calon presiden itu menyampaikan gagasan dan ide mereka secara bergantian dalam debat calon presiden yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan disiarkan secara langsung oleh beberapa televisi swasta, Minggu malam.
Di bidang ketahanan nasional, calon presiden nomor urut satu, Prabowo, menegaskan tidak ada sejengkal pun wilayah Indonesia akan lepas. Walaupun bukan berarti dirinya tidak mau berhubungan dengan negara luar.
"Seribu kawan terlalu sedikit, satu musuh terlalu banyak," katanya.
Ia juga menyampaikan bahwa kunci dari politik luar negeri, yakni politik, keamanan, sandang, pangan dan ketahanan yang kuat.
Oleh karena itu ia akan membenahi terlebih dahulu kondisi dalam negeri.
"Saya bereskan masalah dalam negeri, ekonomi dan kekayaan, baru memperkuat diri, kemudian disegani, katanya.
Sementara itu calon presiden nomor urut dua Joko Widodo menegaskan politik luar negeri perlu didukung oleh ketahanan nasional yang kuat.
"Pasangan Jokowi-JK akan menguatkan sistem pertahanan nasional dengan menguatkan dan memodernisasi alutsista (alat utama sistem persenjataan)," katanya.
Alutsista
Menurut Joko Widodo, penguatan dan modernisasi alutsista ini menjadi salah satu faktor utama penguatan sistem pertahanan nasional.
Hal lainnya yang perlu mendapat perhatian, kata dia, adalah kesejahteraan prajurit yang dapat menjadi faktor mendukung profesionalisme TNI.
Ia juga menegaskan, pergeseran geopolitik dan geoekonomi dari Barat ke Asia saat ini menjadi momentum yang tepat untuk membangun Indonesia menjadi negara besar di Asia.
Bangsa Indonesia, kata dia, harus dapat memenangkan pertarungan dengan negara-negara lain, baik di darat maupun di lautan.
"Saya meyakini, suatu saat Indonesia bisa menjadi poros maritim di Asia. Kita ingin menjadikan Indonesia negara yang berwibawa dan dihormati," katanya.
Dialog dan diplomasi
Dengan moderator Hikmahanto Juwana, kedua calon presiden itu menyampaikan gagasan dan ide mereka secara bergantian dalam debat calon presiden yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan disiarkan secara langsung oleh beberapa televisi swasta, Minggu malam.
Di bidang ketahanan nasional, calon presiden nomor urut satu, Prabowo, menegaskan tidak ada sejengkal pun wilayah Indonesia akan lepas. Walaupun bukan berarti dirinya tidak mau berhubungan dengan negara luar.
"Seribu kawan terlalu sedikit, satu musuh terlalu banyak," katanya.
Ia juga menyampaikan bahwa kunci dari politik luar negeri, yakni politik, keamanan, sandang, pangan dan ketahanan yang kuat.
Oleh karena itu ia akan membenahi terlebih dahulu kondisi dalam negeri.
"Saya bereskan masalah dalam negeri, ekonomi dan kekayaan, baru memperkuat diri, kemudian disegani, katanya.
Sementara itu calon presiden nomor urut dua Joko Widodo menegaskan politik luar negeri perlu didukung oleh ketahanan nasional yang kuat.
"Pasangan Jokowi-JK akan menguatkan sistem pertahanan nasional dengan menguatkan dan memodernisasi alutsista (alat utama sistem persenjataan)," katanya.
Alutsista
Menurut Joko Widodo, penguatan dan modernisasi alutsista ini menjadi salah satu faktor utama penguatan sistem pertahanan nasional.
Hal lainnya yang perlu mendapat perhatian, kata dia, adalah kesejahteraan prajurit yang dapat menjadi faktor mendukung profesionalisme TNI.
Ia juga menegaskan, pergeseran geopolitik dan geoekonomi dari Barat ke Asia saat ini menjadi momentum yang tepat untuk membangun Indonesia menjadi negara besar di Asia.
Bangsa Indonesia, kata dia, harus dapat memenangkan pertarungan dengan negara-negara lain, baik di darat maupun di lautan.
"Saya meyakini, suatu saat Indonesia bisa menjadi poros maritim di Asia. Kita ingin menjadikan Indonesia negara yang berwibawa dan dihormati," katanya.
Dialog dan diplomasi
Sementara untuk mendorong politik luar negeri Indonesia di masa depan, kedua calon presiden juga menggarisbawahi cara yang hampir senada yaitu menorong dialog dan diplomasi.
Prabowo, yang berpasangan dengan Hatta Rajasa dalam pemilihan umum mendatang, menekankan pentingnya dialog dalam menjalin hubungan politik luar negeri.
"Kita harus kembali pada kekuatan nasional kita, harus selalu berdialog," katanya.
Menurut dia, meski harus mengutamakan kepentingan nasional, tidak berarti boleh langsung berteriak, tetapi tetap mengutamakan diplomasi dan politik bertetangga yang baik.
"Kita harus selalu santun sesuai kepribadian bangsa, selalu tenggang rasa, tapi juga yakinkan bangsa lain, yakinkan bangsa lain, tolong mengerti kebutuhan kita. Saya yakin dengan pengertian bisa mencapai persahabatan yang baik," katanya.
Baginya, tugas utama pemerintah adalah melindungi rakyatnya, juga menjaga kepentingan nasional, termasuk menjaga ketahanan nasional melalui pemenuhan kemakmuran rakyat.
Dengan menanamkan ketahanan nasional melalui kemakmuran rakyat dan stabilitas nasional maka negara bisa dihormati dan disegani di hadapan luar negeri.
"Kalau kita lemah di dalam negeri, kita tidak punya nilai tawar ke bangsa lain. Kalau punya kemampuan, baru bisa dihormati. Kalau kita kuat, kita bisa bertahan," katanya.
Sementara itu Joko Widodo, yang berpasangan dengan Jusuf Kalla, menekankan pentingnya diplomasi untuk mengatasi krisis keamanan perbatasan termasuk persoalan tapal batas hingga permintaan suaka.
"Ada strategi diplomasi dimana dengan cara-cara seperti itulah tapal batas kita baik di darat maupun di laut bisa kita selesaikan," katanya.
Menurut dia semua persoalan terkait krisis kepentingan dengan negara lain pasti bisa dicarikan jalan keluarnya tanpa harus berperang atau mengangkat senjata.
Ia berpendapat diplomasi dialog antarpemerintah (G to G) akan terus dilakukannya untuk mengatasi persoalan.
Jokowi juga meyakini masalah pertahanan dan keamanan bisa diselesaikan melalui pengiriman diplomat-diplomat terbaik untuk mengatasi masalah tersebut.
"Kami yakin diplomat bisa dikirimkan untuk menyelesaikan masalah, pasti ada jalan keluarnya," katanya.
Dengan begitu semua persoalan terkait krisis dengan negara lain bisa rampung tanpa mengedepankan senjata atau perang.
Sementara itu di lokasi debat, puluhan pendukung capres dan cawapres nomor urut satu Prabowo-Hatta beradu "yel-yel" dengan simpatisan Jokowi-JK setiap pascasegmen debat.
Para pendukung yang mayoritas pemuda itu secara serentak bernyanyi "Prabowo presidenku, ku yakin hari ini pasti menang" dan meneriakkan "Pilih Nomor Satu Prabowo-Hatta".
Tak mau kalah dengan simpatisan Prabowo-Hatta, pendukung Jokowi-JK juga serentak bernyanyi "Jokowi siapa yang punya, Jokowi siapa yang punya, yang punya kita semua" dan lantang meneriakkan "ayo coblos nomor dua".
Para pendukung yang mayoritas perempuan itu mengenakan kaos bertuliskan Jokowi-Jusuf Kalla 2014. (ant/adm)
Prabowo, yang berpasangan dengan Hatta Rajasa dalam pemilihan umum mendatang, menekankan pentingnya dialog dalam menjalin hubungan politik luar negeri.
"Kita harus kembali pada kekuatan nasional kita, harus selalu berdialog," katanya.
Menurut dia, meski harus mengutamakan kepentingan nasional, tidak berarti boleh langsung berteriak, tetapi tetap mengutamakan diplomasi dan politik bertetangga yang baik.
"Kita harus selalu santun sesuai kepribadian bangsa, selalu tenggang rasa, tapi juga yakinkan bangsa lain, yakinkan bangsa lain, tolong mengerti kebutuhan kita. Saya yakin dengan pengertian bisa mencapai persahabatan yang baik," katanya.
Baginya, tugas utama pemerintah adalah melindungi rakyatnya, juga menjaga kepentingan nasional, termasuk menjaga ketahanan nasional melalui pemenuhan kemakmuran rakyat.
Dengan menanamkan ketahanan nasional melalui kemakmuran rakyat dan stabilitas nasional maka negara bisa dihormati dan disegani di hadapan luar negeri.
"Kalau kita lemah di dalam negeri, kita tidak punya nilai tawar ke bangsa lain. Kalau punya kemampuan, baru bisa dihormati. Kalau kita kuat, kita bisa bertahan," katanya.
Sementara itu Joko Widodo, yang berpasangan dengan Jusuf Kalla, menekankan pentingnya diplomasi untuk mengatasi krisis keamanan perbatasan termasuk persoalan tapal batas hingga permintaan suaka.
"Ada strategi diplomasi dimana dengan cara-cara seperti itulah tapal batas kita baik di darat maupun di laut bisa kita selesaikan," katanya.
Menurut dia semua persoalan terkait krisis kepentingan dengan negara lain pasti bisa dicarikan jalan keluarnya tanpa harus berperang atau mengangkat senjata.
Ia berpendapat diplomasi dialog antarpemerintah (G to G) akan terus dilakukannya untuk mengatasi persoalan.
Jokowi juga meyakini masalah pertahanan dan keamanan bisa diselesaikan melalui pengiriman diplomat-diplomat terbaik untuk mengatasi masalah tersebut.
"Kami yakin diplomat bisa dikirimkan untuk menyelesaikan masalah, pasti ada jalan keluarnya," katanya.
Dengan begitu semua persoalan terkait krisis dengan negara lain bisa rampung tanpa mengedepankan senjata atau perang.
Sementara itu di lokasi debat, puluhan pendukung capres dan cawapres nomor urut satu Prabowo-Hatta beradu "yel-yel" dengan simpatisan Jokowi-JK setiap pascasegmen debat.
Para pendukung yang mayoritas pemuda itu secara serentak bernyanyi "Prabowo presidenku, ku yakin hari ini pasti menang" dan meneriakkan "Pilih Nomor Satu Prabowo-Hatta".
Tak mau kalah dengan simpatisan Prabowo-Hatta, pendukung Jokowi-JK juga serentak bernyanyi "Jokowi siapa yang punya, Jokowi siapa yang punya, yang punya kita semua" dan lantang meneriakkan "ayo coblos nomor dua".
Para pendukung yang mayoritas perempuan itu mengenakan kaos bertuliskan Jokowi-Jusuf Kalla 2014. (ant/adm)
No comments:
Post a Comment