![]() |
ilustrasi |
Melalui akun Twitter miliknya, CEO SpaceX menanggapi hasil riset yang menyebut bahwa manusia merupakan satu-satunya peradaban di alam semesta tersebut. Dalam kicauannya tersebut, ia kembali menegaskan betapa pentingnya melakukan kolonisasi ke planet lain.
"Ini yang membuat kita harus menjaga keyakinan untuk menjadi peradaban yang mampu melakukan perjalanan ke luar angkasa dan memperluas kehidupan di planet lain," tulisnya.
"Memang masih belum diketahui apakah kita benar-benar satu-satunya peradaban yang masih hidup di alam semesta, tapi hal ini tetap memberikan kita dorongan untuk melanjutkan hidup di luar Bumi," kicaunya membalas cuitan sebelumnya.
Perhitungan dari Future of Humanity Institute sendiri mengungkapkan bahwa kemungkinan besar tidak ada kehidupan lain di alam semesta ini, dengan persentase 39% hingga 85%. Sedangkan jika lingkupnya diperkecil, hanya di Galaksi Bima Sakti, kemungkinan tidak adanya kehidupan selain di Bumi menjadi lebih besar, yaitu antara 53% sampai 99,6%.
Semangat Elon untuk melakukan kolonisasi manusia ke luar angkasa memang sudah ditunjukkan dalam beberapa waktu terakhir. Pria berjuluk 'Iron Man' ini pun sempat mengatakan bahwa SpaceX tengah membangun pesawat luar angkasa untuk menuju Mars, atau planet lain, dan dapat melakukan perjalanan singkat pada paruh pertama 2019.
Selain itu, Elon turut menyebutkan bahwa perusahaan antariksa pimpinannya tersebut sudah berencana untuk mengirim kargo ke Planet Merah pada 2022. Misi tersebut merupakan bentuk inisiasi dari kolonisasi manusia yang dicanangkannya.
Pria yang juga menjabat sebagai CEO Tesla dan The Boring Company ini juga sempat mengatakan bahwa kolonisasi manusia ke Mars harus menjadi salah satu prioritas utama sebagai usaha dalam menyelamatkan spesies tersebut. Munculnya perang dunia ketiga, yang berpotensi memusnahkan ras manusia, menjadi kekhawatiran terbesarnya.
"Sangat penting untuk membangun basis di Mars karena jaraknya cukup jauh dari Bumi, sehingga kemungkinan untuk selamat dari kejadian seperti perang lebih besar dibandingkan membangun peradaban di Bulan," ujarnya saat hadir dalam ajang South and Southwest (SXSW) di Austin, Texas, Amerika Serikat, Maret lalu.
Selain merasa harus melakukan antisipasi pada perang dunia ketiga, ia pun merasa sangat terancam dengan dampak yang dapat ditimbulkan jika artificial intelligence (AI), atau kecerdasan buatan, tidak segera dibatasi dengan regulasi. Hal ini, menurutnya, menjadi salah satu faktor yang dapat memicu lahirnya perang dunia berikutnya.
"Pegang kata-kata saya. AI sangat lebih berbahaya dibanding nuklir. Mengapa masih belum ada regulasinya sampai sekarang? Jika tidak, ini akan menjadi benar-benar buruk," pungkas Elon. (sumber/adm)
Adv: Yuk, Belanja Online di POP Shop
Semangat Elon untuk melakukan kolonisasi manusia ke luar angkasa memang sudah ditunjukkan dalam beberapa waktu terakhir. Pria berjuluk 'Iron Man' ini pun sempat mengatakan bahwa SpaceX tengah membangun pesawat luar angkasa untuk menuju Mars, atau planet lain, dan dapat melakukan perjalanan singkat pada paruh pertama 2019.
Selain itu, Elon turut menyebutkan bahwa perusahaan antariksa pimpinannya tersebut sudah berencana untuk mengirim kargo ke Planet Merah pada 2022. Misi tersebut merupakan bentuk inisiasi dari kolonisasi manusia yang dicanangkannya.
Pria yang juga menjabat sebagai CEO Tesla dan The Boring Company ini juga sempat mengatakan bahwa kolonisasi manusia ke Mars harus menjadi salah satu prioritas utama sebagai usaha dalam menyelamatkan spesies tersebut. Munculnya perang dunia ketiga, yang berpotensi memusnahkan ras manusia, menjadi kekhawatiran terbesarnya.
"Sangat penting untuk membangun basis di Mars karena jaraknya cukup jauh dari Bumi, sehingga kemungkinan untuk selamat dari kejadian seperti perang lebih besar dibandingkan membangun peradaban di Bulan," ujarnya saat hadir dalam ajang South and Southwest (SXSW) di Austin, Texas, Amerika Serikat, Maret lalu.
Selain merasa harus melakukan antisipasi pada perang dunia ketiga, ia pun merasa sangat terancam dengan dampak yang dapat ditimbulkan jika artificial intelligence (AI), atau kecerdasan buatan, tidak segera dibatasi dengan regulasi. Hal ini, menurutnya, menjadi salah satu faktor yang dapat memicu lahirnya perang dunia berikutnya.
"Pegang kata-kata saya. AI sangat lebih berbahaya dibanding nuklir. Mengapa masih belum ada regulasinya sampai sekarang? Jika tidak, ini akan menjadi benar-benar buruk," pungkas Elon. (sumber/adm)
Adv: Yuk, Belanja Online di POP Shop
No comments:
Post a Comment