![]() |
Buya Syeikh Ali Akbar Marbun (ke-4 dari kanan) bersama Presiden Jokowi dan para alim ulama di Istana Negara dalam sebuah pertemuan |
Pesantren Al Kautsar Al Akbar yang diasuh oleh Buya Syeikh KH Ali Akbar Marbun, membebaskan biaya sekolah bagi santri dan santriyah yang yatim atau ditinggal wafat oleh ayah.
Keputusan tersebut diumumkan oleh Buya usai melaksanakan shalat subuh baru-baru ini. Diharapkan langkah tersebut akan mengurangi beban santri karena hanya akan memenuhi kewajiban biaya makan saja.
Pembebasan tersebut bertepatan seminggu pasca wafatnya adindanya Jureman Marbun (Op. Diyanah/Sultan Marbun doli) di Pakkat Humbang Hasundutan, Sumut, akibat sakit di usia 68 tahun. (baca)
Adindanya yang dikenal dengan nama Mahmun Syarief saat mondok di Pesantren Musthafawiyah, Purba Baru, Mandailing Natal, Sumatera Utara, dimakamkan di pemakaman Masjid Siniang, Lumban Tonga-Tonga, Pakkat.
Keduanya sama-sama mengenyam pendidikan di pesantren terkemuka tersebut usai studi di Barus dan sekolah dasar di SD Laksa, Pakkat.
Usai mondok di Pesantren, Buya melanjutkan studi ke kota suci Makkah, Arab Saudi. Namun dalam perjalanan mencari ilmu, dia mendengar khabar ayahandanya meninggal dunia dan tidak dapat dijenguk saat penguburan.
Buya Marbun, yang merupakan Rois Syuriah PBNU dan Ketua Dewan Ulama Jami'yah Batak Muslim Indonesia (JBMI) ini (Lihat), kemudian meneruskan kehidupannya tanpa ayah selama sekitar 30 tahun saat kemudian ibundanya, Hj Khadizah br Nainggolan wafat.
Pesantren Al Kautsar Al Akbar, terletak di tengah kota Medan, Jalan Pelajar Timur No. 264 dan mempunyai cabang di Humbang Hasundutan. (baca)
Sebelumnya, pembebasan biaya sekolah telah dilakukan kepada adik atau saudara kandung guru/ustadz, keluarga mualaf dan fakir miskin.
Lembaga pendidikan modern ini telah menghasilkan lulusan yang menggeluti beberapa profesi dan telah menyebar ke seluruh tanah air dan luar negeri.
Tahun ini, 2017, 49 lulusan pesantren diterima di berbagai universitas negeri di pulau Jawa dan Sumatera dengan jalur undangan. Dalam tradisinya, lulusan pesantren biasanya melanjutkan pendidikan ke luar negeri, khususnya ke Yaman, India, Arab Saudi, Malaysia, Australia dan lain sebagainya. (adm)
Adv: Yuk, Belanja Online di POP Shop
Keduanya sama-sama mengenyam pendidikan di pesantren terkemuka tersebut usai studi di Barus dan sekolah dasar di SD Laksa, Pakkat.
Usai mondok di Pesantren, Buya melanjutkan studi ke kota suci Makkah, Arab Saudi. Namun dalam perjalanan mencari ilmu, dia mendengar khabar ayahandanya meninggal dunia dan tidak dapat dijenguk saat penguburan.
Buya Marbun, yang merupakan Rois Syuriah PBNU dan Ketua Dewan Ulama Jami'yah Batak Muslim Indonesia (JBMI) ini (Lihat), kemudian meneruskan kehidupannya tanpa ayah selama sekitar 30 tahun saat kemudian ibundanya, Hj Khadizah br Nainggolan wafat.
Pesantren Al Kautsar Al Akbar, terletak di tengah kota Medan, Jalan Pelajar Timur No. 264 dan mempunyai cabang di Humbang Hasundutan. (baca)
Sebelumnya, pembebasan biaya sekolah telah dilakukan kepada adik atau saudara kandung guru/ustadz, keluarga mualaf dan fakir miskin.
Lembaga pendidikan modern ini telah menghasilkan lulusan yang menggeluti beberapa profesi dan telah menyebar ke seluruh tanah air dan luar negeri.
Tahun ini, 2017, 49 lulusan pesantren diterima di berbagai universitas negeri di pulau Jawa dan Sumatera dengan jalur undangan. Dalam tradisinya, lulusan pesantren biasanya melanjutkan pendidikan ke luar negeri, khususnya ke Yaman, India, Arab Saudi, Malaysia, Australia dan lain sebagainya. (adm)
No comments:
Post a Comment