Amerika Serikat semakin terang-terangan memberikan pengakuan kepada pemerintahan SDC/SDF/AANES Suriah dengan pengecualikannnya dari sanksi ekonomi ke Suriah.
Pemerintahan SDC berkuasa di Timur Suriah yang menguasai 1/3 wilayah secara nasional dan sekitar 70 persen cadangan migas.
Ribuan pasukan AS berada di Suriah khususnya di wilayah SDC ini untuk memantau alur jaringan Iran ke Suriah.
Cadangan migas Suriah paling banyak terletak di Deir Ezzour khususnya di Albu Kamal yang dikuasai oleh SDF.
Dengan pengecualian ini maka perusahaan AS dan sekutunya dapat mendirikan perusahaan atau menjadi kerja sama usaha dengan perusahaan setempat.
Selain perusahaan AS, tercatat sejumlah perusahaan Eropa, Israel, Arab Saudi dll sudah membuka peluang bisnis di wilayah tersebut.
Khusus Israel, perusahan Watergen dari Israel telah mendapat proyek pengadaan air minum di sejumlah lembaga di wilayah SDC. AS terus mensosialisasikan normalisasi hubungan negara Timur Tengah dengan Israel namun melarang keras adanya normalisasi dengan Damaskus. Hal ini dinilai banyak pihak sebagai adu domba sesama warga Arab.
Sanksi ekonomi AS ini juga menyulitkan upaya anggota Liga Arab untuk melakukan normalisasi hubungan dengan rejim Bashar Al Assad.
Tercatat Irak, Uni Emirat Arab, Oman dll telah berusaha kembali mendekati pemerintahan Assad untuk menjalin hubungan ekonomi. Bahkan Rusia meminta langsung Oman untuk berperan memasukkan Assad kembali ke dalam Liga Arab.
Di lain pihak Presiden Bashar Al Assad juga semakin vokal untuk mengkritisi peran AS dalam pentas global. Assad memberikan dukungan penuh kepada Rusia dalam operasi militernya di Ukraina.
Di Suriah sendiri saat ini terdapat empat pemerintahan yang saling mengklaim. Selain kedua di atas juga terdapat pemerintahan interim (SIG) Suriah yang berpusat di Azaz dan pemerintahan penyelamat (SSG) Suriah yang berpusat di Idlib.
No comments:
Post a Comment